Selengkapnya Baca: Yohanes 4:15-26
Pertemuan Yesus dengan perempuan Samaria membongkar kebejatan dirinya. Ia tinggal bersama seorang laki-laki tanpa menikah. Laki-laki itu adalah laki-laki keenam yang pernah tinggal bersama dia (ayat Yoh 4:16-18). Lalu terbongkar juga konsepsi yang salah tentang penyembahan. Orang Samaria, sama seperti orang Israel, memiliki pandangan bahwa ibadah harus dilakukan di satu tempat tertentu saja (ayat Yoh 4:20). Bedanya orang Samaria menyembah yang tidak mereka kenal (ayat Yoh 4:22). Ini berkaitan dengan kesalahan nenek moyang mereka, yang mencampuradukkan penyembahan kepada dewa asing dan kepada Yahweh sebagai akibat kawin campur.
Yesus menyatakan bahwa penyembahan kepada Allah tidak dibatasi oleh tempat (ayat Yoh 4:21). Allah adalah Roh. Keberadaan-Nya tidak terbatas di satu tempat tertentu saja. Ia dapat ditemui umat-Nya di mana saja dan kapan saja. Maka yang penting bukanlah di mana tempat kita menyembah, tetapi bagaimana kita menyembah Dia. Allah adalah roh maka orang harus menyembah Dia di dalam roh dan kebenaran (ayat Yoh 4:23). Hanya orang yang dilahirkan dari roh ( Yoh 3:5) yang dapat menyembah Dia di dalam roh (ayat Yoh 3:24). Hanya orang yang percaya penyataan Allah di dalam Yesus, yang dapat dibebaskan dari dosa dan menyembah Allah di dalam kebenaran.
Kini pun banyak orang yang beribadah dalam ketidaklayakan, kesalahan, dan mengutamakan hal-hal yang bersifat eksternal. Pendukung terciptanya suasana ibadah seperti tempat yang nyaman, liturgi yang menggugah, atau paduan suara yang megah tidaklah salah, tetapi bukan yang utama. Ibadah yang sejati adalah persekutuan manusia seutuhnya dengan Allah dalam segenap kemuliaan dan kebenaran-Nya. Ibadah sedemikian bukan sesuatu yang bersifat mekanis, bukan juga ritual belaka. Ibadah adalah hasil karya Roh Kudus di dalam hidup orang beriman.
Mari bantu kami ambil bagian dengan menyebarkan tulisan ini dengan Klik: Bagikan / Share. Terima kasih Tuhan Yesus memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar