Sebuah bangunan di Bukit Rema yang menyerupai seekor burung merpati raksasa, kini semakin populer dan berbondong-bondong wisatawan yang datang ke sana. Warga sekitar menyebutnya Gereja Ayam.
Di film AADC 2 (Ada Apa Dengan Cinta 2), Rangga (Nicholas Saputra) mendadak mengajak Cinta (Dian Sastro Wardoyo) dari Yogyakarta dengan sebuah jeep yang disewanya menuju Bukit Rema. Cinta yang sama sekali tidak tahu wisata yang unik ini, hanya manggut saja kepada pria yang dicintainya itu.
Rangga sempat berujar kira-kira seperti ini maksudnya: beda traveler dengan wisatawan adalah traveler tidak pernah merencanakan kepergiannya, selalu mendadak. Tergantung keinginannya, dan yang paling berkesan itu adalah perjalanannya, bukan objek wisatanya.
Saya tidak begitu ingat kalimat pastinya, namun seperti itulah seingat saya. Mohon maaf kalau salah. Rangga dan Cinta sampai di Gereja Ayam itu masih gelap sekali. Untuk menunggu sang mentari, mereka mengobrol-ngobrol di lantai atas. Setelah beberapa jam kemudian, mentari pagi pun menyembul dari arah timur, keemasan sinarnya menyapu wajah mereka. Pemandangan alam yang begitu indah dengan perbukitan Menoreh di belakangnya menyambut dua anak manusia itu.
Cinta pada saat itu terkagum-kagum dengan apa yang ia lihat. “Sangat indah,” kata Cinta. Rangga tersenyum, senang sekali membawa wanita yang ia cintai bisa bahagia seperti itu, meskipun cinta mereka belum tahu bagaimana akhirnya. Sebab perjumpaan mereka di Yogyakarta hanya kebetulan, dan traveling mereka kali ini seperti kejutan dari Rangga untuk Cinta di atas Gereja Ayam.
Baca juga: Keindahan Borobudur di Bawah Mentari Pagi
Setelah dari Punthuk Setumbu melihat golden sunrise Borobudur, kami pun menelusuri jalan setapak menuju Gereja Ayam. Jaraknya tidak jauh, sekitar 1 km dengan akses jalan yang cukup bagus di bawah rindanngan pepohonan. Sampai di sana, penjaga tiket masuk sudah ada di belakang gereja.
Dengan biaya Rp. 10.000 per orang, kami pun melanjutkan perjalanan wisata ini menuju ke gedung klasik tersebut. Pagi itu pengunjung belum begitu ramai, apalagi saat kunjungan kali ini di hari biasa. Namun serunya adalah semakin sepi pengunjung, kita lebih leluasa dan puas lagi menikmati objek wisata, bukan begitu?
Ada yang berubah pada Gereja Ayam ini, terlihat taman mini yang dilengkapi dengan bunga-bunga cantik dan dua patung seperti malaikat (menurut kepercayaan nonMuslim) sambil meniup terompet. Dan di tengahnya ada patung berbentuk seorang wanita yang memegang kendi.
Pada aula di dalam gedung masih kosong, hanya kursi yang terbuat dari bambu menempel pada dinding, dan beberapa kursi tersusun rapi yang mengarah ke tv. Di tengah aula, ada meja yang dibuat dari batu keramik dan dilengkapi dengan kursi yang sama bahannya. Dan satu lagi meja yang tampaknya masih belum usai, masih semen polos saja. Selain itu ada juga beberapa keramik dengan ukuran besar di pojok aula itu.
Selanjutnya kami menaiki lantas atas, pada lantai pertama yang kami lalui, terdapat lukisan-lukisan pada tembok bangunan. Bermacam-macam lukisan terdapat di sana, mulai dari lukisan wayang, sampai lukisan manusia, juga tulisan-tulisan peringatan, seperti: bahaya narkoba, perangi narkoba, stop merokok, dan bahayanya pergaulan bebas.
Mulanya, bangungan ini dibangun pada tahun 1989 oleh Daniel Alamsjah, kemudian ditahun 2000 terhenti karena ada pertentangan dari warga sekitar yang bermayoritas Muslim. Dan sampai sekarang bangunan tua ini belum juga usai, namun tampak perubahan yang semakin cantik dan bagus.
Lukisan di Gereja Ayam | Foto asmarainjogja
Daniel yang membangun gereja ini melalui sebuah mimpi, terpaksa keinginan itu tidak terwujud. Namun bangunan unik ini berubah menjadi rumah doa bagi umat apa saja, tempat pusat rehabilitasi para pecandu narkoba, gangguan jiwa, dan tentu saja menjadi salah satu objek wisata di Magelang yang populer.
Setelah melihat lukisan itu, kami naik lagi ke lantai atas. Di lantai berikutnya itu berjejer foto-foto pakaian adat dari berbagai suku bangsa berbingkai semen dengan ukiran indah bercat emas. Seperti pakaian adat Bugis, Sulawesi Tengah, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Aceh, dan lain-lain.
Candi Borobudur dari Gereja Ayam | Foto asmarainjogja
Kemudian kami melangkahkan kaki lagi menaiki anak tangga sampai di puncak, kepala burung merpati yang bermahkota seperti raja-raja. Dari atas sini terlihat juga Candi Borobudur. Dan gunung gemunung yang berjejer anggun, namun gunung yang tampak begitu jelas adalah Gunung Merapi dan Merbabu, sedangkan Gunung Sindoro dan Sumbing terlihat samar-samar.
Di puncak mahkota ini, kami berlima dan ditambah dua pengunjung dari Jakarta. Tidak tahu pasti berapa kapasitas pengunjung yang bisa ditampung di puncak ini. Pemandangan alam hijau dari sini benar-benar keren, pantas saja si Cinta terkagum-kagum.
Puas menikmati suguhan alam yang elok ini, kami kembali turun. Selanjutnya kami menelusuri ruang bawah tanah bangunan tua ini. Di dalam ruang bawah tanah itu terdapat kamar-kamar dengan ukuran sekitar dua meter persegi, cukup sempit memang. Kemungkinan ini kamar untuk pecandu narkoba dan pasien gangguan jiwa dalam proses penyembuhan. Udaranya cukup pengap, dan bau semen masih terasa menyengat hidung.
Ruangan bawah tanah di Gereja Ayam | Foto asmarainjogja
Beberapa tukang juga tampak sibuk sedang beraktivitas untuk merenovasi atau mempercantik Gereja Ayam ini. Ya, semoga saja Gereja Ayam yang berada di Dusun Gombang, Desa Kembang Limus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini semakin cantik dan mampu terus menarik para wisatawan domestik mapun mancanegara. [Asmara Dewo]
Sumber: viva.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar