Menikah beda agama sangat rentan akan konflik. Tapi, tidak sedikit pasangan muda yang melakukannya. Berikut adalah kesaksian seorang wanita Kristen menikahi pria Muslim. Melalui kesaksiannya kita akan mengerti apakah pernikahan beda agama baik atau tidak.
Bertemu Pria Muslim di Klub Malam
Saya lahir dari keluarga Kristen. Tapi saya tidak mendapat pendidikan agama yang cukup. Ibu saya tidak pernah bercerita tentang kegiatannya di gereja. Namun satu hal yang saya ketahui, ketika ia mulai rutin mengikuti kegiatan di gereja, ada satu perubahan besar dalam hidupnya.
Pertama kali saya bertemu dengan Mohammed, suami saya, di klub malam. Satu tahun lamanya kami berpacaran dan akhirnya menikah. Selama berpacaran, kami tidak pernah membicarakan soal agama.
Waktu Mohammed melamar saya, ia berkata ingin menikahi saya dan membesarkan anak-anaknya menurut Islam. Saya menerima lamarannya karena saya sangat mencintai dia.
Perdebatan Pertama tentang Islam
Ketika saya mengandung anak pertama kami, suami saya memulai perdebatan tentang Islam. Saya mulai memiliki banyak pertanyaan. Saya belajar bahasa Arab. Membaca Al-Quran dan buku-buku tentang Nabi Islam. Enam tahun kemudian, saya mualaf.
Saya sholat lima waktu secara rutin. Berpuasa setiap Ramadhan dan waktu-waktu tertentu. Saya mulai berhijab dan mengikuti kelas mengaji setiap Jumat. Saya bahkan membangun mesjid di dalam rumah baru kami.
Taat Beribadah Tapi Tidak ada Damai Sejahtera
Walau saya taat beribadah, tapi dalam hati saya merasakan seperti ada sesuatu yang terhilang. Tidak ada damai atau suka cita. Seperti ada sesuatu yang salah di rumah. Setiap kali kami bersama, kami selalu bertengkar.
Kami sempat tinggal selama satu bulan di rumah mertua saya karena saat itu kami sedang membangun rumah. Hubungan saya dengan mertua kurang baik. Kami juga sering bertengkar.
Diundang ke Gereja Oleh Tetangga Kristen
Keluarga saya mulai menentang kami. Situasi sangat tegang. Mertua saya semakin sering berteriak kepada saya. Begitu banyak kebencian dan kebingungan selama ini. Tapi saya tahu Allah tidak memiliki sifat-sifat demikian.
Rumah kami pun selesai. Kami sekeluarga pindah ke rumah baru kami. Setelah satu minggu tinggal di rumah baru kami, seorang tetangga mengundang saya untuk pergi ke gereja. Hari Minggu malam berikutnya, saya dan anak-anak pergi ke gereja. Suami saya mengijinkan jika hal itu membuat saya merasa lebih baik. “Tetapi jangan pindah agama,” katanya.
Allah Berbicara Kepada Saya Lewat Firman-Nya
Malam itu di gereja, belum sampai di pintu, saya sudah mulai menangis. Saya tidak ingat apa yang ada dalam hati saya malam itu, tetapi Allah sedang berbicara kepada saya.
Beberapa hari kemudian, saya membaca Alkitab. Ayat pertama yang saya baca berbunyi, “Hal itu kulakukan supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka menjadi kaya dalam pengertian akan kebenaran dan menjadi sungguh-sungguh yakin. Dengan demikian, mereka akan mengetahui rahasia Allah, yaitu Al Masih itu sendiri”(Injil, Surat Kolose 2:2).
Inilah yang saya cari-cari selama ini! Saya sudah menemukannya sekarang. Saya tidak akan melepaskannya lagi. Sejak saat itu, saya mempercayakan hidup saya kepada Isa Al-Masih. Ia sudah mengubah tujuan hidup saya keseluruhan.
Sumber : Isa dan Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar